Music
selalu menemani hari-hariku, ia menempati urutan nomor satu dalam hidupku.
Menurutku gak ada music itu pertanda gak ada kehidupan. Sayangnya suaraku tidak
begitu merdu, bisa dibilang suaraku itu pas-pasan. Tapi aku tetep nekad masuk
paduan suara di sekolahku, karena gak ada ekskul lain yang aku suka selain
paduan suara.
“sekolah
kita akan mengikuti lomba paduan suara tingkat regional, jadi kalian perlu latihan
lebih keras dari biasanya, semangat anak-anak. Buatlah sekolah kita semakin
Berjaya.”
“siapppp
bu.”
Dia
adalah ibu Marina, guru kesenian dan pelatih paduan suara. Suaranya bagus, dia
juga memiliki metode yang baik dalam mengajar, sehingga dia menjadi guru
favorit anak-anak SMA 5.
“Tiara.”
“iya bu, hadir.”
“iya bu, hadir.”
“bisa ibu
bicara sebentar ?”
Dag dig
dug der rasanya. Saat ibu Marina memanggil namaku. Rasa penasaran pun
menyelimuti ruang batinku.
“Ara,
kamu yang jadi dirigennya yah.”
“kenapa
saya bu ? suara saya tidak terlalu bagus.”
“ini
bukan permasalahan suara Ara, tapi kamu memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.
Kamu mampu mengendalikan mereka, Cuma kamu yang bisa.”
Hari itu
entah kenapa aku merasa bunga-bunga yang layu itu bermekaran kembali. Anai-anai
yang beterbangan itu pun seolah merekat kembali. Dan suara burung itu terdengar
sedang bersenandung untukku, senandung kebahagiaan.
***
“mas, aku
pesen moccachino sat uterus sama roti bakar selai strobery satu.”
Aku
memang berbeda dari yang lain, teman-temanku biasanya menghabiskan waktunya
untuk kongkow di tempat sederhana tapi berkelas.
“Biarkanlah
kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu, bawa daku penuhiku. Berilah diriku kasih
putih di hatimu.”
Ku
perhatikan setiap sudut ruangan itu, mencari sosok yang bersenandung itu.
Senandung yang menurutku sangat indah. Seseorang berpakaian lusuh dengan
genggaman gitar di tangannya itu menghampiriku yang tatkala itu hanya diam
terpesona melihatnya. Dia perlahan memetik satu persatu senar gitar itu,
memainkan melody yang begitu memukau. Ku amati orang-orang di sekitarku
memberinya uang. Batinku bertanya, sebenernya dia itu siapa.
***
“Teman-teman,
ibu Marina berhalangan hadir. Tapi kita tetap latihan seperti biasa, ada
tambahan lagu lain. Kita akan memainkan lagu Mahadewi-padi sebagai lagu
alternatif.”
Latihan hari
ini begtu melelahkan, tapi aku merasa bangga pada diriku. Meskipun aku memiliki
kekurangan , tapi aku tak pernah berhenti untuk terus berkarya.
“Ara,
gurunya diganti jadi kamu saja. Kamu cukup baik menjadi fasilitator kami.” Ucap
Alisa.
“hahah
ngarang, aku tidak begitu baik. Ibu Marina tetap yang terbaik. Aku pulang
duluan ya.”
Ada rasa
haru ketika mendengar deru pujian itu, trimakasih teman0teman, trimakasih ibu
Marina ini semua karena kalian. Kekuatan ini terlahir karena music, karena
music adalah alasanku untuk bangkit.
***
Sore itu
seperti biasa, aku selalu memesan tempat duduk di meja no 14 untuk mengamatinya
diam-diam. Ini sudah episode ke 13 aku mengamati musisi jalanan itu. Hari-hari
sebelumnya aku selalu mencuri gambarnya diam-diam melalui ponsel milikku. Tapi
hari ini berbeda.
“kamu mau
merekam saya ?”
“I…
iyaaaa Ma…Af ya.”
“heheheh
saya bukan artis, jadi untuk apa kamu mengambil gambar saya yang lusuh ini ?”
“ini
bukan masalah status kamu, tapi ini masalah cita rasa. Kamu telah menghadirkan
rasa melalui senandung indahmu. Senandung yang kurindukan setiap detiknya.”
Entah
kenapa detik ini aku merasa angin membelai rambutku perlahan. Dia membawaku
terbang menembus awan. Awan-awanpun terlihat berarak mengikutiku. Indah sangat
indah perasaan ini. tak bisa kulukiskan dengan kata-kata.
“biarkan
orang lain yang merekamnya.”
“maksudnya
?”
“iyaaaah,
kamu bernyanyi bersamaku. Izinkan aku mengambil gambarmu juga untuk
kenang-kenangan.”
Ya Tuhan
dia begitu sopan. Romantic dan misterius. Aku bahagia karena hari ini aku bisa
menyapanya, bernyanyi bersama, dan yang paling penting adalah dia telah
mengenalku.
***
Perlahan
kuambil ponselku yang bordering. Kulihat ada 12 panggilan tak terjawab dari ibu
Marina. Rasa cemas menyelimuti pikiranku. Akupun langsung menghubunginya.
“hello
assalamualaikum, ibu maaf tadi saya masih tidur. Ada apa ya bu ?”
Praaaaaaaaak.
Hatiku rasanya pecah ketika mendengar pernyataan dari bu Marina. Aku bingung
harus bagaimana untuk menyampaikan pesan ini kepada mereka, mereka yang masih
membutuhkan sentuhannya. Akupun langsung bergegas pergi menuju sekolah. Hanya
kuambil sekerat roti yang sudah mamah persiapkan di meja makan.
“mamah,
ara pergi duku ya.”
“masih
pagi nak, kamu kan masuk jam 8.”
“iya ma,
tapi ada hal yang penting. Ara berangkat maah. Assalamualaikum.”
Aku
melajukan motorku dengan kecepatan diluar jangkauan. 10 menit kemudian aku
sudah sampai di sekolah. Kulangkahkan kakiku dengan begitu cepat menuju suatu
aula yang penuh dengan sentuhan music. kulihat disana sudah ada beberapa orang
yang menunggu penjelasan dariku.
“teman-teman,
rasa maaf ibu Marina sampaikan kepada kita. Karena beliau tidak dapat
membimbing kita lagi. Beliau mutasi kerja ke luar kota. Tapi jangan khawatir,
kita akan tetap mengikuti kompetisi itu, dengan atau tanpanya. Beliau member
kepercayaan kepadaku untuk menggantikan posisinya. Semoga kalian berkenan.”
Ruangan
yang tadinya Nampak gemuruh itu terdengar sepi tak bersuara.
“Bagaimana
mungkin kamu bisa mengajar kami ? sementara kamu sendiri tidak bisa mengajar
dirimu sendiri untuk menyanyi dengan baik.”
Gelak
tawa itu terdengar sangat jelas dan begitu menyayat mengiris-iris hati ini.
“diam
semua, tiara mungkin tak sehebat bu Marina. Tapi dia mempedulikan kita, dia mempedulikan
sekolah kita. Itu artinya dia lebih dari hebat,”
Alisa,
sahabatku yang selalu menemaniku. Dan detik ini dia menjadi penguatku, penguat
disaat diri ini terlihat lapuk.
“Trimakasih
Alisa, trimakasih teman-teman yang masih percaya padaku. Bagi yang tidak ingin
melanjutkan kompetisi dimohon dengan hormat keluar dari ruangan ini.”
Suasana
hening menyelimuti ruangan itu. Batin mereka seolah bergejolak. Tak menyangka
Tiara Anindya akan setegas itu.
“kenapa
tak ada seorangpun yang keluar ? kalian masih ingin melanjutkan ini semua tanpa
ibu Marina?”
“iyaa
Tiara, kami tetap bertahan demi sekolah ini. semangat. Kita pasti bisa.”
Lagi dan
lagi aku merasa begitu bangga pada diri ini. gejolak ini masih bisa kuatasi
dengan baik. Sempurna.
***
“maaf de,
untuk sementara tempat ini sedang dalam perbaikan.”
“perbaikan
? untuk berapa lama ?”
“selama
sebulan.”
Astaga. .
bagaimana bisa zona kongkowku ditutup selama sebulan. Berarti aku gak akan
bertemu dengan musisi jalanan itu.
“makasih
pak.”
Akupun
berjakan dengan langkah tanpa arti. Rasanya saat itu langit terasa begitu hitam
pekat, seolah cahaya itu pudar bersamanya. Kucoba membuka rekaman gambar
tentangnya, lagi dal lagi aku sangat merindukannya, merindukan senandung itu.
Tapi kini yang tersisa hanya debu-debu memori.
***
“Ara,
kamu lagi apa ?”
“ini,
lagi liat video Lis.”
“siapa
dia ?”
“dia
musisi jalanan yang aku temui di zona kongkowku, tapi sekarang aku gak bisa
ketemu dia lagi Lis. Tempat itu ditutup karena ada perbaikan.”
“menarik,
suaranya sangat catchy.”
“iyah,
aku jatuh cinta pada suaranya. Aku ingin mendengar suara itu di setiap
detiknya.”
Entah
kenapa rindu ini melanda begitu hebat. Aku jatuh cinta pada suaranya.
“teman-teman
besok kita tampil, persiapkan mental kalian sebaik mungkin dan tentunya kesehatan
kalian harus fit. Okehhhh mari bersulang untuk keberhasilan kita.”
***
“pemenang
kompetisi paduan suara tingkat regional tahun ini adalah SMA Pelita 5.”
Detik itu
, aku merasa begitu bahagia. Kupu-kupu yang indah itu terlihat beterbangan di
sekelilingku, ia seolah mengerti bahwa hatiku sedang menari-nari.
“Ara,
kita berhasil. Ini luar biasa.”ucap Alisa
“kamu
hebat ara, maafin aku yang udah ngerendahin kamu.”ucap kiki
“iyah
teman-teman ini semua bukan karena aku. Ini semua karena kita. Hari ini kita
telah mengukir sejarah teman-teman. This is our masterpieces for our school.”
“Ara.”
Suara
lembut itu rasanya aku begitu mengenalnya.
“ibu
Marina.”
“iya
sayang, ibu bangga padamu. Kamu telah berhasil nak. Ibu tahu kamu pasti bisa.“
“trimakasih
bu, ini semua karenamu.”
Aku
sangat bahagia , karena ibu Marina menyempatkan hadir di acara kompetisi ini.
dan terdengar sebuah senandung indah, rasanya aku sering mendengarnya.
“biarkanlah
kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu, bawa daku penuhiku berilah diriku kasih
putih di hatimu.”
Akhirnya
musisi jalanan itu kembali. Hari ini bukan sekedar indah, tapi teramat berarti.
Trimakasih Tuhan atas anugerah ini.
“darimana
kamu tahu aku disini ?”
“aku yang
memberitahunya. Saat aku makan siang aku bertemu dengannya. Dan aku langsung
memberitahu tentangmu.”ucap Alisa.
“iyah
Tiara, aku juga merindukanmu. Aku mencintaimu Ara.”
“iyah,
aku juga musisi jalanan.”
“sssttttt…..
panggil aku Rasya. Aku bukan musisi jalanan lagi. Aku sudah menjadi penyanyi
solo sebentar lagi albumku keluar, lagu yang kupersembahkan untukmu Tiara.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar