MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER
ANAK BANGSA
Diajukan untuk memenuhi tugas Individu
Mata
Kuliah : Psikologi
Pembelajaran
Dosen
Pengampu : Naeila Rifatil Muna,
S.Psi, M.Pd.i
Disusun Oleh :
Ririn Rianingsih
NIM : 143111320123
TARBIYAH / PBI-B / I
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon Telp. (0231) 481264
2011
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat
serta salam senantiasa kami curahkan kepada Rasulullah SAW, Nabi dan Rasul
terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan sekaligus
menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi.
Tak
lupa kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penulisan makalah ini, khususnya Ibu Naeila Rifatil Muna,
S.Psi, M.Pd.i selaku dosen mata kuliah
Psikologi Pembelajaran.Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pendidikan Karakter Anak Bangsa”.
Demikian
dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak kelemahan dan kekurangannya,
untuk itu kami meminta saran dan kritik yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi.Semoga makalah ini bermanfaat.
Amin
ya Rabbal ‘Alamin.
Cirebon, Desember
2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………….....ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang………………………………………………………….iii
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………iv
1.3 Tujuan
Penulisan……………………………………………………….iv
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pendidikan karakter………………………………………..1
2.2 Tujuan dan fungsi pendidikan karakter………………………………..2
2.3
Membangun Karakter Anak Bangsa Menjadi
Kreatif…………………3
2.4
Pendidikan Berkarakter Melalui
Pendidikan Informal , dan Formal…..5
2.5 Langkah Pemerintah dalam Pembangunan Karakter…………………12
2.6 Inspirasi paradigma…………………………………………………...13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………15
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………..16
1.1
Latar
Belakang
Istilah
karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir
abad ke-18 , dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman F.W.
Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis spiritual
dalam pendidikan yang jug adikenal dengan normative. Yang menjadi prioritas
adalah nilai-nilai transeden yang dipercaya sebagai penggerak sejarah, baik
bagi individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.
Namun,
sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti sejarah
pendidikan itu sendiri. Lahirnya pendidikan bisa dikatakan sebagai sebuah usaha
untuk menghidupkan kembali padagogi ideal spiritual yang sempat hilang
diterjang gelombang positivisme yang dipelopori oleh filsuf Prancis Auguste
comte. Forester menolak gagasan yang meredusir pengalaman manusia pada sekadar
bentuk murni hidup ilmiah.
Gagasan
pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada sejak kemerdekaan Republik
Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Presiden soekarno
menyatakan perlunya nation and character
building sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa. Beliau menyadari
bahwa karakter suatu bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat
keberhasilan dan kemajuan bangsa.
Namun
sungguh memprihatinkan kondisi bangsa dan Negara pada era globalisasi ini. Nilai-nilai luhur yang tinggi yang bermuatan
etika atau akhlak atau budi pekerti yang diwariskan oleh nenek moyang hancur
begitu saja ketika disiram oleh global dan dibawa pula oleh arus global yang
amat laju. Nilai-nilai luhur yang diwariskan melalui budaya, dituangkan dalam
sisa-sisa pancasila dan penjabarannya yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama
tampaknya kurang memberi bekas dalam kepribadian anak bangsa.
Pentingnya pembangunan karakter / budi
pekerti bangsa telah disadari oleh pemerintah. Undang-undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan
instruksi presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pencepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 merupakan dasar Hukum
yang penting bahwa pemerintah sangat serius untuk membangun karakter / budi
pekerti bangsa. Pemerintah sekarang bertekad membangunkan karakter / budi
pekerti bangsa sebagai salah satu fokus utama pembangunan nasional.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa definisi
Pendidikan karakter ?
1.2.2
Sebutkan tujuan
dan fungsi pendidikan karakter ?
1.2.3
Bagaimana
membangun karakter anak bangsa menjadi kreatif ?
1.2.4
Bagaimana
pendidikan karakter melalui pendidikan informal, formal, dan non-formal?
1.2.5
Bagaimana Langkah
Pemerintah dalam Pembangunan Karakter ?
1.2.6
Bagaimana Inspirasi Paradigma pendidikan
karakter ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk Mengetahui
definisi pendidikan karakter
1.3.2
Untuk Mengetahui
tujuan dan fungsi pendidikan karakter
1.3.3
Untuk Mengetahui
pembangunan karakter anak bangsa menjadi kreatif
1.3.4
Untuk Mengetahui
pendidikan karakter melalui pendidikan informal, formal, dan non-formal
1.3.5
Untuk Mengetahui
Langkah
Pemerintah dalam Pembangunan Karakter
1.3.6
Untuk Mengetahui
Inspirasi
Paradigma pendidikan karakter
1.Pengertian
Pendidikan Karakter
Karakter
/ budi pekerti bangsa adalah hal yang unik yang khas yang menjadi unsur pembeda
antara bangsa yang satu dengan bangsa lain yang merupakan perpaduan karakter /
budi pekerti dari seluruh warga negaranya.[1]Pendidikan Karakter / Budi Pekerti dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan, baik memelihara apa yang baik dan mewujudkan dan
menebarkan kebaikan kedalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. baik terhadap tuhan yang maha esa , diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan.
Menurut
Dr. Martin Luther King, yakni ; Intelligence
plus character …. That is the goal of true education (kecerdasan yang
berkarakter ….. adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
[2] Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berpegang
pada pengertian diatas, bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar dan
terencana untuk membangun / membentuk kepribadian yang khas peserta didik,
yaitu kepribadian yang baik yang bercirikan kejujuran, tangguh, cerdas,
kepedulian, bertanggungjawab, kerja keras, pantang putus asa, tanggap, percaya
diri, suka menolong, mampu bersaing, professional, ikhlas bergotong royong, cinta
tanah air, amanah, disiplin, toleransi, taat. dll perilaku yang berakhlak
mulia.
2.
Tujuan dan Fungsi Pendidikan Berkarakter
Adapun
tujuan pendidikan karakter sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3)
: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu system pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
Undang-undang.”
Dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional dirumuskan
dalam pasal 3 : “Pendidikan Nasional
bertujuan untuk berkembangya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.”
Sedangkan
fungsi pendidikan nasional dirumuskan : “
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Berdasarkan
komitmen tersebut dirumuskan tujuan pendidikan karakter secara umum adalah. a).untuk membangun dan mengembangkan
karakter peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar
dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan
nilai-nilai luhur dari setiap butir sila pancasila. b). untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
yang mengarah pada pencapaian pendidikan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu dan seimbang.
Fungsi
pendidikan karakter yaitu menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik agar
berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang
baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Tujuan pendidikan, menurut
Foerster, adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan
esensial antara si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya.
Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi, yang memberikan
kesatuan dan kekuatan atas keputusan diambilnya. Karena itu, karakter menjadi
semacam identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari
kematangan karakter inilah kualitas seorang pribadi diukur.
3. Membangun
Karakter Anak Bangsa Menjadi Kreatif
Cara
untuk membangun kreativitas / budi pekerti adalah melalui :
·
Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership)
·
Jalur pendidikan formal & non formal
·
Menggali ilmu pengetahuan dan
keterampilan dari orang-orang sukses
·
Bergaul dalam lingkungan orang-orang
yang unggul / pintar
Sifat-sifat individu
yang kreatif identik dengan individu yang berkarakter, yaitu:
·
Tanggap / berinisiatif terhadap
perkembangan perubahan lingkungan yang bermuatan peluang untuk berusaha /
membuka lapangan kerja.
·
Suka menjalin kerjasama dengan orang
lain
·
Tidak tergantung dengan orang lain
(berpegang pada prinsip bahwa tangan diatas lebih mulia daripada tangan
dibawah).
·
Kemampuan bersaing (bersaing secara
sehat merupakan prinsip)
·
Kreatif membuat sesuatu (seperti
limbah-limbah kayu dapat dibuat suatu kerajinan tangan
·
Percaya diri (punya prinsip dalam
bekerja, tidak mudah terpengaruh oleh provokasi, selalu ingin bukti nyata)
·
Kerja keras (orang yang bekerja keras
selalu gigih, tekun, tidak kenal lelah, berkarakter unggul, disiplin)
·
Mampu memecahkan masalah, selalu ada
jalan keluarnya berbagai alternative dimunculkan dan dipilihlah alternative
yang tepat
·
Pantang putus asa (gagal coba lagi,
gagal coba lagi)
Medium
yang paling efektif untuk membangun kretivitas adalah melalui jalur pendidikan
formal dan non formal. Pada jenjang pendidikan tinggi, Najdamun Ramly (2011)
mengemukakan latar belakang program kreativitas siswa, yaitu :
·
Kesenjangan yang relatif besar antara
waktu kelulusan dengan waktu perolehan kerja atau mulai berwirausaha.
·
Posisi strategis mahasiswa sebagai
Generasi Penerus Pembangunan Nasional
·
Mahasiswa sebagai ujung tombak bagi
perubahan bangsa kearah yang lebih baik
Di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) soal praktikumnya tidak diragukan lagi, namun
di SMA masih sangat perlu di tingkatkan. Balai Latihan Kerja (BLK) , Magang di
perusahaan-perusahaan industry, kewirausahaan, mengikuti berbagai jenis lomba
merupakan medium yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas.
“Untuk bisa kreatif diperlukan
keterbukaan dan pergerakan berbagai sumberdaya, antara lain imajinasi, yang
merupakan situasi fisik dan mental dimana individu seolah-olah berada di dalam
ruang dan waktu yang tidak terbatas, dimana ada kebebasan dan penjelajahan ke
berbagai kemungkinan dan ketidakmungkinan.”[3]
Untuk melahirkan
kreativitas yang telah dijelaskan diatas seperti soft skill, melatih pengetahuan dan keterampilan, bergaul dengan
orang-orang yang unggul dan cerdas, ternyata salah satu sumberdaya yag sangat
penting adalah imajinasi.
4. Pendidikan Berkarakter Melalui
Pendidikan Informal, Formal dan Non-Formal
1)
Pendidikan Informal
“Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan.” UU No 20 / 2003, pasal
1 (13). Sebelum anak masuk sekolah, pendidikan yang pertama kali diberikan
kepada anak yaitu pendidikan dalam keluarga. Setelah anak berusia 6 / 7 tahun barulah
dimasukkan ke dalam PAUD. Namun peran dalam keluarga sangat menetukan karakter
anak tersebut. Dalam hal ini, ibu merupakan peran utama, Karena ibu yang
melahirkan, sangat dekat dengan anak, paling sayang dengan anak.Kasih sayang
merupakan peranan penting dalam pembentukan karakter.
Karena
orangtua yang bijak seharusnya memperhatikan kebutuhan anak yang paling mereka
senangi. Anak yang belum masuk SD / PAUD misalnya tetap sudah minta dibelikan
buku, pena, pensil, penghapus, huruf-huruf, angka-angka, meja belajar sudah
menunjukkan keinginan anak untuk belajar. Dalam kontek seperti ini sebaiknya
dipenuhi keinginan anak, dampingi anak, latih anak memegang pena atau pensil,
sambil bermain dengan anak, berdekatan dengan mencium dan memeluk anak.
Kedekatan orangtua terhadap anak sangat menentukan pertumbuhan karakternya.
Beberapa
kebiasaan yang perlu diberikan kepada anak , yaitu :
·
Orangtua mengajak anak mengikuti
pertemuan dengan orang dewasa
·
Menyuruh melaksanakan tugas rumah,
melatih mandiri, menghargai waktu dan keuangan
·
Membiasakan mengucap salam
·
Menjenguk anak yang sakit
·
Memilih teman yang baik
·
Melatih berdagang
·
Menghadiri acara yang diisyaratkan
Kebiasaan-kebiasaan
yang sejatinya di berikan orangtua kepada anak-anaknya di rumah dalam kerangka
pendidikan karakter, adalah :
·
Kebiasaan mengenal Tuhan dalam sebutan
sederhana dalam keseharian seperti Allah, Allahu akbar
·
Kebiasaan sholat berjama’ah dengan
orangtua
·
Kebiasaan sopan santun kepada orangtua
·
Kebiasaan meminta izin bila hendak
keluar rumah
·
Kebiasaan mencium tangan orangtua ketika
hendak bepergian
·
Kebiasaan menyayangi orangtua
·
Kebiasaan berjalan menunduk dihadapan
orangtua
·
Kebiasaan menyapa orang yang lebih tua
dengan sapaan yang menunjukkan rasa hormat
·
Kebiasaan mendidik anak supaya jujur
·
Kebiasaan mendidik anak supaya amanah
·
Kebiasaan membantu pekerjaan orangtua di
rumah
·
Kebiasaan mengajarkan kepada anak supaya
tidak iri hati
Pendidikan karakter
adalah tanggung jawab keluarga dengan beberapa alasan berikut ini
·
Mendidik anak dengan sebaik-baiknya
karena adanya naluri keturunan
·
Memberi contoh yang baik adalah wajib
bagi orangtua
·
Mendidik anak dengan cinta, kasih sayang
yang mendalam merupakan akar pembentukkan karakter
·
Mengusahakan supaya anak betah di rumah,
tentram dan tenang
·
Mengusahakan agar anak tidak frustasi
·
Pendidikan agama yang merupakan landasan
kokoh bagi kelanjutan perkembangan anak ditanamkan sejak kecil.
2)
Pendidikan Formal
Pendidikan
karakter sangat efektif diterapkan pada jalur pendidikan formal. Pendidikan
karakter di sekolah tidak harus dengan menyusun kurikulum baru, yaitu kurikulum
pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter atau budi pekerti dapat dimasukkan
dalam pokok-pokok pembahasan.
Membangun budaya berperilaku di sekolah dituangkan dalam
tata tertib sekolah, peraturan di sekolah, seperti :
·
Tata Tertib sekolah di bidang pengajaran
·
Cara Berpakaian
·
Kegiatan Siswa
·
Keuangan
·
Kegiatan 5K[4]
Dalam
proses pembelajaran di kelas, Peserta didik mengungkap potensi-potensi dalam
dirinya, harus mengetahui bakat dan minatnya, harus mengetahui keadaan jasmani
dan rohaninya, dsb. Misalnya, jika ada seorang siswa yang kurang berprestasi dibandingkan
dengan teman-teman yang lain hendaknya tidak merasa putus asa, sebaliknya jika
mereka merasa dirinya lebih dari yang lain hendaklah tidak merasa sombong
ataupun tidak berusaha.
Peserta
didik juga harus mampu mengarahkan dirinya. Misalnya seorang siswa yang telah
memutuskan bahwa ia harus membuat jadwal belajar maka ia harus berani dan
konsekuen melaksanakan keputusan yang telah diambilnya. Yaitu dengan melaksanakan
jadwal tersebut.
Lalu
peserta didik dituntut agar mampu mewujudkan diri secara baik di tengah
lingkungannya. Sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan karakteristik
kepribadiannya. Hendaknya dilakukan tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada
orang lain.
Peranan
guru sangat penting dalam proses pembentukan karakter. Tugas dan tanggung jawab
utama guru adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik
dalam mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajaran, guru juga sebagai
pembimbing. Maka, untuk dapat menjalankan tugas ini secara efektif, guru
hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun psikis.
Guru juga harus mampu :
·
Mengenal dan memahami setiap siswa baik
sebagai individu / kelompok
·
Memberikan berbagai informasi yang
diperlukan dalam proses pembelajaran
·
Memberikan kesempatan yang memadai agar
setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya
·
Membantu setiap siswa dalam mengatasi
masalah-masalahnya
·
Menilai keberhasilan siswa
Guru
/ dosen yang baik, professional, yang bertanggungjawab, yang diteladani adalah
guru yang menghayati dan mengamalkan kompetensi-kompetensi khusus, yaitu :
·
Memahami landasan-landasan pendidikan
·
Menguasai mata pelajaran
·
Mampu mengembangkan materi pelajaran
·
Menguasai kelas
·
Mampu memilih dan menggunakan metode
yang tepat
·
Mampu memilih dan menggunakan media
belajar yang tepat
·
Mampu menilai hasil belajar siswa /
mahasiswa
·
Mampu membimbing siswa / mahasiswa
Para Guru Indonesia yang melaksanakan
tugasnya berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 harus
berpedoman kepada kode etik, sebagai berikut :
· Guru
berbakti membimbing anak didik
· Guru
memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum
· Guru
mengadakan komunikasi
· Guru
menciptakan suasana dan memelihara hubungan dengan orangtua murid
· Guru
memelihara hubungan dengan masyarakat sekitar sekolah
· Berusaha
meningkatkan mutu profesinya
· Menciptakan
dan memelihara hubungan antara sesama guru
· Memelihara,
membina dan meningkatkan mutu organisasi professional
· Melaksanakan
segala ketentuan [5]
3. Pendidikan
Non-Formal
“Pendidikan
Non-Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.” (UU NO 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 (12).
Pendidikan Non-Formal sejatinya diberikan
kepada masyarakat sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan
formal. Mencakup pendidikan Life skill, PAUD , Pendidikan Kepemudaan, Pemberdayaan
Perempuan, pendidikan keterampilan dan pendidikan kesetaraan berupa
kursus-kursus, kelompok belajar, sanggar-sanggar, dll.
Disamping karakter dapat dibangun di kelas juga dapat dibangun
melalui kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Seperti organisasi siswa intra
sekolah (OSIS), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Legislatif Mahasiswa
(DLM), Pramuka, Resimen Mahasiswa (MENWA), Lembaga Dakwah Kampus (LDI),
Olahraga. Kesenian, Koperasi Mahasiswa (KOPMA), dll. Latihan kepemimpinan
merupakan cara untuk membentuk kader kepemimpinan yang disiplin,
bertanggungjawab, dan diarahkan bagaimana berorganisasi yang baik oleh para
pembimbing. Keteladan pembimbing sangat berpengaruh terhadap perkembangan
peserta didik dan pembangunan karakter peserta didik, karena pengalaman
langsung dalam berorganisasi.
Strategi pendidikan karakter melalui
pendidikan non-formal, yaitu :
·
Keteladananaan
·
Pembiasaan
·
Latihan
·
Sosialisasi
·
Pertemuan Monologis
·
Pertemuan Dialogis
·
Pertemuan Konsultasi
·
Keterbukaan
·
Kerjasama yang solid seluruh komponen
bangsa
·
Kebijakan pemerintah pusat dan daerah
·
Membentuk lembaga yang khusus menangani
pendidikan karakter
·
Bimbingan penyuluhan
·
Pengalaman
·
Nilai-nilai budi pekerti dituangkan
dalam bidang study / mata kuliah
5. Langkah
Pemerintah dalam Pembangunan Karakter
a)
Menginternalisasikan pendidikan karakter
pada instansi pendidikan , penerapan modelnya adalah sebagai berikut :
·
Memakai acuan nilai-nilai dari Sembilan
pilar karakter[6]
·
Mengajarkan pilar-pilar dalam kurun 2
tahun sekolah
·
Menggunakan Kurikulum sekolah yang
diterapkan dengan refleksi pilar setiap hari selama 20 menit
·
Menggunakan system “Pembelajaran Terpadu
Berbasis Karakter”
·
Menggunakan Teori DAP (Development
Appropriate Practices), teori Integrated Learning System, metode pembelajaran
inquiry based learning, dan cooperatice learning.
·
Menerapkan co-Parenting
b).Peran
Penting Generasi Muda dalam character building
Menurut
Rajasa (2007), tiga peran penting generasi muda dalam upaya pembangunan
karakter bangsa adalah sebagai berikut :
v Pemuda sebagai pembangun kembali
karakter bangsa yang positif. Esensi peran ini adalah
adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai moral diatas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya
kolektif untuk menginternalisasikannya pada kegiata dan aktifitasnya
sehari-hari.
v Pemuda sebagai pemberdaya karakter.
Pembangunan kembali karakter bangsa tentunya tidak akan cukup jika tidak
dilakukan pemberdayaan secara terus menerus sehingga generasi muda juga
dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter. Bentuk praktisnya
adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari generasi muda untuk menjadi role model
dari pengembangan karakter bangsa yang positif.
v Pemuda sebagai perekayasa sejalan
dengan perlunya adaptifitas daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa. Peran
ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran.
c).
meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. [7]
d).
Menggunakan media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa.
Keempat
langkah diatas hanyalah sebagian dari langkah-langkah strategis yang dapat
diambil oleh pemerintah Indonesia untuk membangun karakter bangsa ini. Masih
banyak cara yang dapat ditempuh agar bangsa ini memiliki kapasitas daya saing
yang tinggi, agar mampu memberikan komplementasi pada system sivilisasi global,
dan dapat memberikan peran pada sector ekonomi dan sector lain.
6. Inspirasi
Paradigma
Hellen
Keller (1880-1968). Wanita luar biasa ini, ia menjadi buta dan tuli di usia 19
bulan, namun berkat bantuan keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang
dapat melihat secara terbatas) kemudian ia berhasil menjadi manusia buta-tuli
pertama yang lulus dengan predikat cum
laude dari Radcliffe College di tahun 1904, ia pernah berkata “Character cannot be develop in ease and
quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be
strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved.”[8]
Kalimat itu boleh jadi
merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan
panjangnya dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi
salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika.
Hellen
Keller adalah model manusia berkarakter dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan
bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak
pernah mudah dan seketika atau instant.
Ada
satu contoh lagi yang mengagumkan. Ayah Neil Rubenstein adalah seorang penjaga
penjara, sedangkan ibunya hanyalah seorang pelayan restoran yang bekerja paruh
waktu.Sekarang ini, Dr. Neil Rubenstein adalah Presiden Harvard University. Memilih
untuk menanggapi positif daripada reaktif negative terhadap apa yang terjadi
terhadap dirinya. Mereka sadar bahwa yang menjadi persoalan itu bukanlah apa
yang terjadi pada diri kita melainkan apa yang kita lakukan pada apa yang
terjadi pada diri kita, yang membentuk dan membuat perbedaan dalam kehidupan
kita.
Kearah yang demikian itulah
pendidikan dan pembelajaran termasuk pengajaran di institusi formal dan
pelatihan di institusi nonformal sebaiknya bermuara, yakni membangun
manusia-manusia berkarakter, manusia-manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan
orang-orang yang dapat dipengaruhinya menjadi lebih manusiawi, menjdi manusia utuh
atau memiliki integritas. Paradigma adalah sumber darimana sikap dan perilaku
mengalir. Paradigma sama seperti kacamata, dia mempengaruhi cara kita melihat
segala sesuatu. Paradigma dan karakter yang ditunjukkan dalam sikap dan
tindakan adalah mengikat satu sama lain.
KESIMPULAN
Pendidikan
Karakter / Budi Pekerti dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan, baik memelihara apa yang
baik dan mewujudkan dan menebarkan kebaikan kedalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
Tujuan
pendidikan karakter secara umum adalah untuk membangun dan mengembangkan
karakter peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar
dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan
nilai-nilai luhur dari setiap butir sila pancasila.
Fungsi
pendidikan karakter yaitu menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik agar
berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang
baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Cara untuk membangun
kreativitas / budi pekerti adalah melalui :
·
Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership)
·
Jalur pendidikan formal & non formal
·
Menggali ilmu pengetahuan dan
keterampilan dari orang-orang sukses
·
Bergaul dalam lingkungan orang-orang
yang unggul / pintar
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 1975. Pelayanan Bimbingan Di Sekolah. Jakarta
: Ghalia Indonesia.
A.R, Tatang Hidayat. 2009. Inspiring Word. Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Amin, M. Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta
: Badouse Media.
Tohirin. 2007.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi).
Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.
[1]Djoko Santoso, Dirjendikti
[2] UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
pendidikan nasional pasal 1 ayat (1)
[3] Ratna Sulistami D dan Erlinda Manaf Mahdi.
[4] Amin,
M. Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter
Anak Bangsa. Jakarta : Badouse Media.
[5]
Amin,
M. Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter
Anak Bangsa. Jakarta : Badouse Media.
[6]Muslich,
Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta
: PT. Bumi Aksara.Hal 6
[7] Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.Hal 8
[8] A.R, Tatang Hidayat. 2009. Inspiring Word. Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar. Hal 22
makasih mbak atas infonya bisa buat refensi tugas qq makasih banget yy hehehe\
BalasHapus