Pages

Impian

hidup itu berawal dari impian

Labels

About Me

Foto Saya
berharap semuanya akan bermuara di satu tempat :-)

Senin, 04 November 2013

Impian Elviana

Siang itu mentari terlihat tersenyum manja pada seorang gadis yang sedang berdiri di depan gerbang putih berlapis besi. Entah apa yang sedang ia pikirkan, hanya saja saat itu ia menyimpan kertas putih dalam genggaman tangannya. Perlahan iapun membuka kertas itu dan membacanya dengan lirih. Kini wajahnya yang sendu itu terlihat sangat pucat dan perlahan lensa bening di kedua matanya itu mengeluarkan tetesan air mata. Iapun berjalan dengan langkah tak pasti, seolah kehilangan tujuan hidup. Tak ada yang dapat menghentikan langkahnya saat itu, sampai akhirnya sebuah mobil merah melaju dengan kecepatan diatas rata-rata menghampirinya, namun tiba-tiba seorang laki-laki berpakaian lusuh menarik tubuhnya dan menyelamatkan hidupnya.
“Hei laki-laki kerdil, kenapa kau selamatkanku ? aku ingin mati.”
“Dasar bodoh, untuk apa kamu hidup jika kamu mati sia-sia.”
“Aku hanya ingin mati, tak ada lagi yang harus ku perjuangkan. Aku tidak memiliki impian, cita-cita bahkan tujuan hidup. Aku seperti seonggok daging yang hanya memiliki nama. Ironis, itulah aku dengan kebodohanku.”
Laki-laki itu berusaha merebut kertas putih dalam genggaman tangan elviana saat itu. Ia terlihat sangat serius membaca satu persatu kalimat yang ada dalam kertas itu. Wajahnya kini berubah menjadi merah.
“Hei gadis bodoh, kenapa kau ingin mati ? lihat dan bacalah isi dari kertas ini ! jika aku jadi kamu aku pasti akan tetap hidup untuk berjuang demi masa depanku.”
Saat itu, tetesan air perlahan membasahi pipi elvi dan kini wajahnya terlihat tak beraturan, Ia tertunduk lemas. laki-laki itupun telah pergi dan menghilang tanpa jejak.
Kini siang yang begitu terik itu perlahan berganti dengan malam yang berselimutkan dingin. Iapun terbaring lemah tak berdaya tanpa ada satupun selimut yang membalut tubuhnya. Malam itu ia hanya ditemani rembulan yang bersinar terang dan bintang yang seolah tak pernah lelah untuk tetap memperhatikannya dari jauh.
“Tidak, jangan kau ambil dia. Aku ingin dia kembali, kumohon!”
“Hei gadis bodoh, bangun !”
“kamu lagi ? kamu jangan macam-macam sama saya , nanti saya laporin polisi !”
“siapa juga yang mau macam-macam, ini aku bawain makanan buat kamu. Isi dulu perutnya, kasian dari kemaren dibiarkan kosong.”
“kenapa kamu begitu baik ? kamu siapa sebenarnya ?”
“panggil aku Andi.”
Lalu laki-laki itu bangkit dan mengambil gerobak kosong di sampingnya.
“kamu mau kemana Andi ?”
“saya mau bekerja.”
“saya ikut.”
Andi ternyata seorang pemulung, kehidupanlah yang memaksanya untuk melakukan hal itu. Mengambil barang-barang bekas dan menjualnya kembali dengan hasil yang tidak layak dikatakan cukup. Belum pernah terbesit dalam benaknya untuk menjadi seperti Andi yang harus bekerja keras untuk mempertahankan hidupnya di dunia yang teramat pahit ini. Kadang ia berpikir, apa sebenarnya tujuan hidup Andi. Apakah dia juga memiliki tujuan atau mungkin ia hanya seonggok daging yang tak berarti.  
“andi, apa kamu punya tujuan hidup ?”
“iya tentu. Tujuan hidupku sebenarnya bukan menjadi seorang pemulung. Kehidupan yang telah memaksaku untuk menjadi seperti ini. Aku akan menjadi apapun hanya untuk menyelamatkan hidup ibuku. Karena sejatinya, tujuan hidupku adalah memberi kehidupan yang layak bagi beliau, meskipun saat ini aku hanya menjadi pemulung tapi suatu hari nanti aku akan membangun sebuah perusahaan besar dan membuat ibuku bangga memiliki anak sepertiku. Mungkin hari ini aku masih sama seperti ulat bulu itu, tak ada orang yang menyukainya karena bentuknya yang buruk. Tapi suatu hari nanti ulat bulu itu akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan memikat semua orang yang melihatnya.”
“that’s great ! “
“kamu sendiri ?”
“aku bingung, aku merasa tak memiliki tujuan hidup.”
“elvi, semua makhluk yang diciptakan Tuhan itu memiliki tujuan hidup. Cobalah untuk bermimpi dan peluklah impian kamu , percaya bahwa kamu pasti bisa menjadi apa yang kamu inginkan.”
Suasanapun menjadi sunyi. Elviana terlihat sedang mencari jawaban atas semua pertanyaan yang terbesit dalam benaknya. Apakah ia terlalu bodoh hingga ia tak pernah tau dengan tujuan hidupnya sendiri. Lalu untuk apa hidup ini dilanjutkan jika yang tersisa hanya bayangan hitam yang pekat. Seolah tak akan menemukan cahaya di ujung penantian hidupnya. Lalu sebenarnya impian itu apa ? apakah impian itu hanyalah hasil dari sebuah proses imajinasi yang panjang ? ataukah itu adalah satu langkah yang dapat merubah kehidupannya ?
***
Ia melangkahkan kakinya dengan membawa sejuta Tanya dalam benaknya , iapun mengamati wajah-wajah baru yang ia temui di sudut kota itu. Wajah dengan ribuan ekspresi. Apakah mereka semua memiliki tujuan hidup ? ataukah ada diantaranya yang bernasib sama seperti dirinya ?
Ia mencoba untuk bangkit dari tidur lelapnya, dari mimpi-mimpi buruk yang selama ini menghantui hari-harinya. Ia ingin melalui sebuah proses metamorfosa, seperti kupu-kupu yang terbang bebas, lepas, tanpa beban. Ia begitu dicintai, karena memiliki sayap yang begitu elok. Ia berhasil melalui sebuah proses metamorphosis, berawal dari ulat bulu yang terlihat begitu buruk, tak ada orang yang menyukainya, bahkan ia menjadi the worst enemy untuk sebagian orang. Namun ulat bulu yang buruk tersebut dapat berubah menjadi sesuatu yang begitu indah.
Dear God, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Tentang diriku dan kehidupanku. Aku merasa hidupku seperti seorang robot, aku kehilangan kendali untuk memutuskan apa yang seharusnya kulakukan. Ayahku adalah pengatur scenario dalam hidupku. Aku hanya menjalankan semua impian-impiannya. Kadang aku merasa aku tak pernah memiliki sebuah impian. Bahkan aku tak pernah tahu tentang definisi impian yang sebenarnya. Aku hidup hanya untuk memenuhi impian ayahku. Tidak seperti pemulung itu yang bisa memutuskan masa depannya dengan kehendak sendiri. Aku ingin memiliki perspektif yang sama seperti pemulung yang kutemui di trotoar kota itu. Pemulung yang telah menyelamatkan hidupku , juga mengubah perspektifku dalam memandang sebuah kehidupan. Aku bukan lagi seorang robot yang dimainkan sesuka hati, tapi aku adalah aku. Seorang manusia yang merindukan kebebasan, aku memiliki hak untuk berpendapat, untuk bermimpi, dan untuk menentukan masa depanku sendiri. Aku ingin menjadi seorang arsitek, bukan menjadi seorang guru. Aku akan menjadi apa yang aku impikan, karena aku yakin tak akan ada yang dapat merubah nasibku, selain diriku sendiri, tak akan ada yang tahu tentang potensiku selain diriku sendiri, aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk meraih cahayaku kembali.
***
Perlahan ia membuka gerbang putih berlapis besi itu dengan pasti. Ia sangat merindukan kediamannya, dan tentunya ia sangat merindukan orangtuanya.
“elvi, kamu kemana saja sayang ?”
“ayah, ibu aku minta maaf karena pergi dari rumah tanpa memberitahu kalian. Aku gak akan melakukan hal ini lagi. Aku akan membuat kalian bangga.”
“trimakasih nak, jadilah anak yang selalu ayah dan ibu banggakan.”
“iya ayah. Tapi aku ga bisa wujudin impian-impian ayah lagi. Ini hidup aku yah, dan aku berhak untuk memutuskan masa depan elvi sendiri. Aku berhak untuk mewujudkan impian-impianku. Aku janji akan menjadi seseorang yang bisa kalian banggakan.”
“iyah nak, maafkan ayah. Kejarlah apa yang kamu inginkan. Wujudkan impianmu itu. Ayah ga akan memaksa kamu untuk menjadi apa yang ayah mau, cukup jadi diri kamu dan lakukan yang terbaik untuk hidup kamu dan masa depan kamu. Ayah percaya kamu pasti bisa.”
“trimakasih ayah , ibu. Kalian adalah malaikat pelindungku. Aku takkan membuat kalian kecewa.”

Saat itu ia berjanji untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi. Semuanya diawali dengan melangkah. Karena satu langkah yang diputuskan akan mengubah nasibnya. ia sudah membayangkan masa depannya , tujuan hidupnya yang sebelumnya hanya ada bayang-bayang hitam tanpa cahaya. Kini ia siap untuk melangkah, berjalan bahkan berlari menggapai impian-impian yang ia miliki. You are never too old to set another goal or to dream a new dream.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar